Assalamualaikum Wr.Wb.

Selamat datang di museum history of java. History of java ini merupakan museum pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbasis IT modern, dimana museum ini didirikan pada akhir tahun 2018. Museum ini berbentuk seperti gunungan. Gunungan/kerucut (lancip ke atas) melambangkan kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengerucut (golong gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta).

Bapak/Ibu/saudara perlu kami informasikan bahwa di History Of Java museum ini terdapat 4 zona utama yang meliputi: Zona Teater, Zona Koleksi, Zona 3D, Zona Diorama.

ZONA TEATER

Terdapat Ruang/Zona theater. Pada zona ini, kami akan menayangkan film mengenai asal usul terbentuknya bumi 250 juta tahun yang lalu, khususnya awal mula terbentuknya Pulau Jawa dan datangnya Bangsa Proto Melayu & Deutro Melayu. Kami harap Bapak/Ibu dapat menikmati film ini. Tayangan hanya berdurasi sekitar 7 menit. Selamat menyaksikan.

Bapak dan Ibu terimakasih sudah menonton film yang kami tayangkan. Sebelum melangkah ke zona selanjutnya, Bapak dan Ibu bisa melihat bahwa di ruangan zona teater ini terdapat bukti perkembangan terbentuknya Bumi, terbentuknya Pulau Jawa, kehidupan manusia purba yang pernah menghuni Indonesia, binatang purba dan perkembangannya.Bapak ibu, sebelum kita memasuki zona/ruangan selanjutnya, kami himbau agar Bapak dan ibu berkenan untuk mendownload aplikasi AR (Augmented Reality) di playstore khusus pengguna android.

Tata cara penggunaan aplikasi Augmented Reality (AR)

  1. Buka smartphone anda, kemudian buka aplikasi playstore
  2. Pengunjung bisa mencari aplikasi tersebut lewat pencarian kategori hiburan
  3. Kemudian pilih aplikasi History Of Java Museum AR, yang tertera logo HOJ dengan background berwarna merah tua
  4. Ketik kolom kotak loop (cari) ‘History Of Java Museum’
  5. Pengunjung bisa mendownload aplikasi tersebut dengan klik tulisan pasang.
  6. Tunggu hingga aplikasi terdownload, dan klik buka.
  7. Arahkan kamera anda pada gambar yang tertera logo ‘please scan here’.
    Sedangkan untuk pengguna iphone, mohon maaf karena masih belum tersedia di appstore iphone.Dan juga Bapak/Ibu diperkenankan membuka link auto self guiding tour.

Tata Cara Penggunaan Auto Self Guided Tour

  1. Buka smartphone anda, kemudian buka Google/Browser/Opera Mini
  2. Pengunjung bisa mencari langsung dengan mengetik historyofjavamuseum.com
  3. Kemudian klik tulisan AUTO nya agar pengunjung bisa menerima penjelasan langsung dari gadget masing-masing pengunjung.

ZONA KOLEKSI

Zona ini merupakan zona inti dari History Of Java museum. Kami biasa menyebutnya ruang/zona koleksi. Di ruang koleksi ini kami mempunyai 5 lorong dimana setiap lorongnya mempunyai kisah yang berurutan dari awal mula terbentuknya Pulau Jawa. Perkembangan bangsa proto melayu, deutro melayu, agama kapitayan, agama hindu budha di tanah Jawa.

Etalase Pertama

Migrasi Besar Ke Austronesia

Migrasi besar ke Austronesia ke Indonesia ditandai dengan datang dan adanya peradaban masa bangsa Deutro Melayu dan Proto Melayu ke Indonesia khususnya Jawa. Mereka meniggalkan peninggalan sejarah yang ada di etalase pertama ini berupa : Kapak Sepatu, kemudian Kapak Corong, Boneka Kematian,ada juga mainan anak Boneka Anjing, terdapat juga tempat manik-manik/pernak pernik. Dan yang paling bawah berupa peninggalan alat-alat pertanian.

Boneka Kematian

Boneka Kematian diyakini sebagai boneka penghantar roh. Jadi dipercaya bisa mendatangkan roh orang meninggal ke dalamnya. Boneka ini terbuat dari Terakota dan ditemukan di Laut Jawa Timur, hal inilah yang menyebabkan tertempel-tertempel kerang.

Alat Pertanian

Alat dan mesin pertanian, atau yang kerap disingkat menjadi alsintan, adalah beragam alat yang dimanfaatkan para petani ataupun mereka yang bergerak di bidang pertanian guna memudahkan pengolahan lahan dan pemanfaatan hasil pertanian. Dengan bantuan alat yang mumpuni, hasil kerja akan tetap maksimal sekalipun jumlah orang yang bekerja tak terlalu banyak. Alat pertanian ini terbuat dari perunggu dan ditemukan di daerah Jawa timur.

Kapak Corong

Kapak corong adalah peralatan prasejarah yang terbuat dari perunggu dan terdapat rongga di tengahnya. Rongga di bagian tengah itulah yang membuat peralatan logam ini terkenal dengan nama Kapak Corong. Secara umum, kapak ini memiliki tiga jenis, yaitu Kapak Sepatu (bentuknya mirip sepatu), Kapak Upacara (digunakan hanya saat mengadakan ritual), dan Kapak Corong yang memiliki rongga seperti corong. Kapak Corong digunakan sebagai perkakas manusia prasejarah pada zaman logam yang berlangsung sekitar 2000 hingga 3000 SM. Pada zaman itu, telah banyak pengrajin besi yang telah menciptakan berbagai jenis benda dari besi, perunggu dan bahkan ada yang dari perak. Kapak Corong memiliki bentuk seperti Corong yang terbelah di bagian atasnya. Kemudian pada bagian dalam corong tersebut dimasukkan tangkai kayu untuk bidang kapaknya. Fungsi Kapak Corong disesuaikan dengan jenisnya, namun pada umumnya kapak ini difungsikan sebagai alat bantu dalam bidang pertukangan di zaman dahulu. Kapak ini juga seringkali difungsikan sebagai alat upacara adat serta ritual karena pada zaman dahulu kapak ini dianggap sebagai sebuah simbol kebesaran terhadap seseorang. Kapak ini terbuat dari perunggu dna ditemukan di Jawa Timur.

Kapak Sepatu

Kapak Sepatu banyak ditemukan di wilayah sulawesi selatan (pulau selayar), Sulawesi bagian tengah, Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa dan di Pulau Papua yang ditemukan di sekitar Danau Sentani. Kapak ini umumnya digunakan sebagai alat upacara dan sebagai tanda kebesaran seorang kepala suku atau pemimpin. Sekaligus digunakan untuk menyembelih dan menguliti binatang.

Etalase Kedua

Masuk Agama Kapitayan. Agama Kapitayan merupakan agama dengan aliran animisme, sebuah keyakinan yang dianut oleh masyarakat kuno di bumi Nusantara, yakni mereka yang termasuk ras kulit hitam (Proto Melanesia) semenjak era paleolitikum, mesolitikum, neolithikum dan megalitikum. Dengan datangnya orang Austronesia, agama kapitayan dianut dan dijalankan turun temurun oleh ras Proto Melayu dan Deutro Melayu. Agama ini umumnya ditemui di Jawa dan disebut agama Jawa kuno, agama leluhur, atau agama Jawi. Agama Kapitayan bersifat monoteistik. Dan sekarang menjadi cikal bakal dari agama kejawen yang terdapat di tanah Jawa. Tokoh penyebarnya ada 2 yaitu Semar & Togog. Mereka merupakan kakak beradik. Peninggalan berupa situs dan patung.Situsnya seperti punden berundak, dolmen, menhir dan patung-patung Semar dan Togog. Terdapat juga Bethok yang merupakan awal mula keris ditemukan.

Bethok

Bethok merupakan senjata tikam golongan belati yang berasal dari Jawa yang memiliki ragam fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuk bilahnya terbilang sederhana, tidak seperti keris pada umumnya, berbentuk lebih ramping dan berestetika tinggi. Berbagai macam filosofi kehidupan tersemat dalam keris Bethok, salah satunya Keris ini sebagai penengah, tidak terlalu tua ataupun terlalu muda. Merupakan awal mula keris ditemukan. Digunakan sebagai alat untuk persembahan ke dewa semar/togog. Senjata tajam yang dianggap menginspirasi pembuatan keris dapat ditemukan pada peninggalan Perundagian dari kebudayaan Dongson (Vietnam lama) dan Tiongkok Selatan pada abad ke-6. Bahan pembuatan keris adalah Besi baja dan Nikel. Namun, untuk sarungnya terbuat dari batu. Dengan penempaan yang simetris dan benar akan menghasilkan pamor sesuai yang diinginkan.

Togog Statue

Togog adalah nama tokoh pewayangan Jawa, memiliki julukan sebagai ‘Dewa yang Malang’. Dia memiliki mata juling, hidung yang pesek, mulut dower atau lebar tak bergigi, kepala botak, bahkan rambutnya hanya di tengkuk saja, bergelang, dan memiliki suara ngebass atau rendah besar. Ia dikisahkan sebagai putra dewa yang lahir sebelum Semar, tetapi karena tidak mampu mengayomi Bumi, maka Togog kembali ke asalnya; pada waktu bersamaan, lahirlah Semar. Patung Togog ini terbuat dari kayu dan ditemukan di Jawa Tengah abad pertama, sepaket dengan penemuan dolmen.

Etalase Ketiga

Mengisahkan tentang awal mula agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya tanah Jawa, yang dibawa oleh umat hindu dari India sekitar abad ke 9. Peninggalan berupa guci kremasi untuk menyimpan abu mayat sehabis dibakar, lampu minyak, wadah minyak, trisula, patung dewa wisnu, patung dewi tara, teko dari tanah liat dan baki/nampan.

Nampan atau Baki

Nampan atau lumrah disebut dengan baki merupakan satu dari sekian banyak perlengkapan dapur. Nampan sendiri sangat berguna terutama ketika akan menghidangkan makanan dan minuman untuk tamu. Berfungsi untuk membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat lain, supaya tidak kerja 2x. Nampan ini terbuat dari besi dan campuran perunggu, ditemukan pada masa hindu budha, kerajaan Majapahit di daerah Jawa Timur.

Trisula

Senjata Trisula adalah senjata Siwa, salah satu dari Trimurti yang sering disembah pada masa kejayaan kerajaan Hindu-Budha di Jawa. Trisula adalah tombak bergigi tiga sebagai lambang tiga sifat Siwa sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur dari alam semesta beserta isinya. Sementara itu di bhuwana alit atau dalam tubuh manusia, trisula dihubungkan dengan trinadi, yaitu tiga simpul syaraf dalam badan astral yang terdiri dari ida, pinggala, dan susumna. Pada bagian lain trisula juga melambangkan kejayaan. Memajang senjata suci Trisula di tempat pemujaan Siwa tidaklah sekadar benda simbolik, karena kehadiran Trisula tersebut hendaknya membangkitkan ingatan dan semangat sadhaka untuk mengenali Trisula dalam dirinya dan menjadikannya jalan untuk meningkatkan kualitas spiritual. Merupakan simbol dari 3 dewa di agama hindu ditemukan pada era Majapahit abad ke 14 di Jawa Timur.

Lampu Minyak

Lampu minyak adalah sebuah benda yang digunakan untuk menghasilkan cahaya selama beberapa waktu menggunakan sumber bahan bakar berbahan dasar minyak. Pada zaman dahulu digunakan sebagai alat penerangan. Penggunaan lampu minyak dimulai ribuan tahun lalu dan berlanjut sampai sekarang, meskipun tidak secara meluas. Benda ini sering dikaitkan dengan cerita mengenai jin. Ditemukan sekitar abad ke 13 masa kerajaan Kediri, Singasari. Terbuat dari perunggu, perak.

Etalase Keempat

Masih berisi peninggalan agama hindu sekaligus sudah ada pengaruh budhanya, karena benda-benda itu peninggalan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa.

Lorong 2 – Sejarah Masuknya Kerajaan

Kerajaan Tarumanegara

Perlu diketahui bahwa peradaban Hindu Budha dimulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah baru ke Jawa Timur. Bermula dari berdirinya Kerajaan Tarumanegara yang ada di Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu di nusantara yang berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-7 masehi. Kerajaan Tarumanegara terletak di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah Maharesi Jayasingawarman dari India, yang datang ke nusantara karena kekacauan dan penjajahan oleh pasukan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.

Kerajaan pada masa pemerintahan Raja Purnawarman yang berkuasa antara 395-434 masehi. Di bawah kekuasaannya, rakyat dipimpin secara bijaksana dan Tarumanegara berhasil menguasai 48 kerajaan daerah. Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Purnawarman, yang merupakan raja ketiga. Purnawarman adalah penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa. Pada 397 masehi, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan yang letaknya lebih dekat ke pantai. Kota itu diberi nama Sundapura, cikal-bakal kata “Sunda” sekarang. Maharaja Purnawarman adalah raja yang gagah berani, bijaksana, dan sangat memerhatikan kehidupan rakyatnya. Pada masa pemerintahannya, dilakukan penggalian Sungai Gomati sepanjang 12 km, untuk menghindari bencana alam seperti banjir ataupun kekeringan yang pada musim kemarau.

Perekonomian di kerajaan ini juga maju, dibuktikan dengan raja yang memberikan sedekah 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Penduduknya hidup dengan cara bertani dan sistem pemerintahannya pun sudah teratur. Di bawah kekuasaannya pula, ada 48 kerajaan daerah yang dikuasai Tarumanegara. Wilayahnya meliputi hampir seluruh Jawa Barat, mulai dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon. Selain itu, Kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan diplomatik dengan China. Dengan adanya hubungan diplomatik tersebut berarti juga terjalin hubungan perdagangan dan pelayaran antara Tarumanegara dan China. Prasasti yang ditinggalkan contohnya prasasti Ciaruteun dimana terdapat tapak kaki Raja Purnawarman.

Kerajaan Kalingga (Holing)

Lalu disusul Kerajaan Kalingga (Kerajaan Holing) yang ada di Jawa Tengah, Kerajaan Kalingga adalah kerajaan bercorak Hindu Buddha yang berada di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi. Sejarah Kerajaan Kalingga dapat diketahui dari jejak peninggalan yang ada saat ini.Pendiri Kerajaan Kalingga adalah Dapunta Syailendra yang berasal dari Dinasti Syailendra. Kerajaan Kalingga dikenal juga dengan nama lain Kerajaan Holing, Kerajaan Heling, dan Kerajaan Keling. Nama ini sekaligus menjadi penanda Kerajaan Kalingga dekat dengan China dan

Kerajaan Kalingga dianggap sebagai pionir dari kerajaan-kerajaan besar yang berkuasa di tanah Jawa pada tahun-tahun berikutnya. Kerajaan ini dipimpin oleh Ratu Shima Salah satu penguasa Kalingga yang terkenal mampu membawa kemajuan kerajaan yaitu Ratu Shima atau Dewi Wasuwari. Pada masa kepemimpinannya, Ratu Shima dikenal sebagai sosok yang tegas, berwibawa, dan adil, sehingga rakyatnya dapat hidup dengan aman, nyaman, serta berkecukupan. Kejayaan Kalingga ini dibuktikan dengan kemajuan di berbagai sektor seperti ekonomi, pertanian, militer, perdagangan, dan agama. Selain itu, Kalingga juga diketahui memiliki relasi perdagangan kuat dengan China. Sektor perdagangan ini ditopang dengan keberadaan pelabuhan terbesar yang berada di Pekalongan. Terdapat juga peninggalan Kerajaan Mataram Kuno (Medang kamulan) berupa koin, alat pemanggil hujan, patung, arca.

Alat tersebut digunakan untuk memanggil hujan

Alat ini terbuat dari perunggu yang berbentuk seperti berumbung. Memiliki bagian tengah berpinggang dan sisi atasnya tertutup. Pada zaman prasejarah, alat ini dianggap sebagai benda yang suci. Biasa digunakan untuk upacara memanggil hujan, memanggil arwah nenek moyang, hingga genderang perang. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk Nekara yang berbeda-beda sesuai dengan daerahnya masing-masing. Ditemukan disekitar Kerajaan Mataram Hindu (Kuno) yang berada di Provinsi Jawa Tengah.

Kerajaan Di Jawa Timur

Arca Ken Dedes

Ken Dedes adalah nama permaisuri dari Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel. Ia kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa, nenek moyang wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singasari dan Majapahit. Menurut kitab Pararaton Ken Dedes adalah putri pendeta budha mpu purwa berasal dari desa panawijen di kawasan gunung kawi ,meski ken dedes berasal pelosok desa kecantikan Ken Dedes sangat terkenal di masa itu .Ken Dedes tetap rendah hati dan mau bergaul pada siapapun tanpa pandang golongan atau etnis meski aura kecantikan Ken Dedes memang mengagumkan, tetapi Ken Dedes tidak pernah menunjukkan kecantikannya dengan keangkuhan bukan pula dengan kesombongan. Patung ini ditemukan masa kerajaan Singasari yang ada di Jawa Timur abad ke 13. Dan terbuat dari perunggu.

Lalu terdapat etalase peninggalan dari Kerajaan yang ada di Jawa Timur meliputi Kerajaan Singasari, Kerajaan Kediri, Wangsa Isyana dan Kanjuruhan berupa arca-arca, dan lampu minyak. Kemudian kerajaan terakhir masa hindu yang ada di Jawa yaitu Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit

Merupakan kerajaan yang berhasil menyatukan Nusantara hinga ke Malaysia dan dan Singapura, Berjaya sekitar abad ke 14, peninggalan berupa patung, mainan anak, meriam tangan, surya Majapahit, patung penari, gong kecil, cincin ratu, gelang ratu liontin ratu dan lain sebagainya.

Surya Majapahit : lambang kerajaan

Surya Majapahit (Matahari Majapahit) terbuat dari perunggu, ditemukan pada abad 14 di sekitar kerajaan Majapahit. Surya Majapahit adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari Masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan Dewa-Dewa Hindu. Lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas “Surya Majapahit”, atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena begitu populernya lambang Matahari ini pada masa Majapahit, para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai Lambang Negara Majapahit. Surya Majapahit dapat terlihat juga disusun sesuai arah mata angin atau kosmogoni.

Masuknya Islam Ke Tanah Jawa

Ketika Kerajaan Majapahit belum runtuh, Islam masuk ke Pulau Jawa dibawa oleh para pedagang dari India, China, Arab dan Persia. Namun yang membawa pasukan paling banyak malah dari China masa Laksamana Cheng Ho dengan membawa pasukan 1000 keluarga muslim. Awal mula masuk mereka melalui jalur perairan, dengan mendirikan Langgar sejenis Musholla yang awalnya untuk berdagang, lalu diskusi dan lama-lama menyebarkan agama Islam Dimana zona ini menyimpan artefak-artefak sejarah penyebaran islam, baik di Nusantara maupun di jawa. Koleksi benda seperti teko, vas bunga, tempat dupa, tempat makanan dan kitab-kitab terdahulu.

Tempat Dupa

Digunakan untuk membakar dupa, untuk kepentingan ritual dan kepentingan keagamaan. Ditemukan pada masa Mataram Islam yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta pada abad ke 16. Alat ini terbuat dari perunggu, bermotif arab kaligrafi.

Vas Bunga

Digunakan untuk menaruh bunga, Vas dapat dikombinasikan dengan dekorasi lainnya seperti lukisan atau semacamnya untuk menambahkan nilai estetis. Vas dapat memiliki berbagai ukuran untuk dapat menyimpan bermacam-macam bunga. Kebanyakan vas memiliki bentuk yang mirip, yaitu berbentuk tabung dengan memiliki lubang di bagian tengahnya. Kaki atau alasnya bisa bulat, rata, berukir, ataupun bentuk lainnya. Badan vas merupakan bagian utama dari bentuknya. Beberapa vas memiliki bentuk badan yang melengkung ke dalam atau leher, yang memberi tinggi, lalu melengkung kembali hingga ke bagian atas. Beberapa vas bunga juga diketahui memiliki pegangan. Vas bunga ini bermotif arab kaligrafi, ditemukan pada masa mataram islam abad ke 16, terbuat dari tembaga.

Lorong 3

Lorong ini menceritakan tentang walisongo. Mereka dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran agama Islam pada abad ke 14 di tanah Jawa. Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.Mereka cepat dikenal masyarakat luas karena kerap berdakwah tanpa memaksa harus masuk Islam.Wali memiliki arti wakil, sementara songo memiliki arti sembilan. Dengan demikian, Wali Songo adalah sembilan wakil atau wali Allah SWT. Penyebaran Agama Islam oleh Walisongo dimulai dari Jawa Timur, kemudian ke Jawa Tengah dan yang terakhir baru ke Jawa Barat. Perjalanan dakwah Wali Songo telah dicatat dalam sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia.Mereka telah meninggalkan banyak jejak dalam berdakwah.Wali Songo membawa perubahan besar terhadap masyarakat Jawa yang dulunya banyak beragama Hindu-Budha. Peninggalan masa Walisongo yang terdapat di History Of Java Museum adalan Kitab Lontar, Kitab Fiqih,Tempat Kinangan, wayang, lampu Gaya Eropa, Setrika Arang, Wajan, Tempat Tasbih, Dandang, Bejana Air, Masjid Ampel, Masjid Agung Demak, Masjid Menara Kudus, Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon.

Masjid Ampel

Masjid Ampel berada di Ampel, Semampir, Surabaya, Jawa Timur.

Masjid Agung

Masjid Agung Demak, terletak di Kauman, Bintoro, Demak, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini merupakan masjid peninggalan Walisongo & tertua yang ada di pulau Jawa.

Kudus Mosque

Masjid Menara Kudus terletak di Kauman, Kota, Kudus, Jawa Tengah. Bangunan masjid mirip dengan pura Hindu, dikarenakan Sunan Kudus, toleransi beragamanya sangat tinggi.

Sang Cipta Rasa Cirebon Mosque

Terletak di Kompleks Keraton, Cirebon, Jawa Barat. Sunan kalijaga yang mendesign bangunan ini.

Lampu Dengan Gaya Eropa

Lampu Dengan gaya Eropa, namun penuh tulisan Arab ini digunakan untuk penerangan. Ditemukan pada masa Mataram Islam abad ke 16 di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dandang

Dandang merupakan piranti memasak tradisional. Dandang digunakan untuk menanak nasi, dipadukan dengan kusan, buntut dan kekeb. Biasanya dandang terbuat dari tembaga. Namun sekarang ini kita lebih sering menjumpai dandang yang terbuat dari alumunium. Dandang berbentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi. Ada yang berukuran tinggi 35 cm dengan diameter 30 cm, ada pula yang berukuran tinggi 45 cm dengan diameter 40 cm. Dandang dapat menampung beras sekitar 1,5 kg sampai 3 kg tergantung ukuran kusen yang digunakan dan digunakan untuk memasak nasi ketika ada hajatan.

Kerajaan Demak

Kerajaan islam pertama di Pulau Jawa yang dipimpin oleh Raden Patah, terletak di daerah Demak, Jawa Tengah. Berdiri pada perkiraan tahun 1478 atau akhir abad ke-15 sebelum Masehi. Raden Patah merupakan keturunan dari raja terakhir Kerajaan Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya V. peninggalannya berupa kitab, cap stempel, cetakan apem, cetakan kue pukis, tempat untuk telur, tempat minyak ratus, saringan dari brass, tas dari perunggu, gayung mandi berbahan perunggu.

Tas

Fungsi tas pada masa itu adalah untuk menyimpan berbagai macam barang berharga, seperti kitab suci, jam, perhiasan, dan benda-benda lainnya. Model tasnya adalah dengan menggunakan tali yang panjang (sesuai dengan kebutuhan pemakai) dan biasanya digantungkan pada korset. Sementara itu, tas tangan atau handbag dibuat dan dipergunakan untuk keperluan sehari-hari. Pada masa abad ke-16, tas tersebut dibuat dari bahan perunggu dengan tambahan kancing pengikat di atasnya. Kemudian seiring berjalannya waktu, pada masa yang sama akhirnya terjadi perkembangan dengan keberadaan tas (umumnya tas travel) dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran pada umumnya. Tas tersebut digunakan dengan posisi menyilang oleh orang-orang yang sering melakukan perjalanan.

Kesultanan Pajang

Berdiri pada tahun 1568 dan runtuh pada 1587. Pendiri Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya atau dikenal juga sebagai Jaka Tingkir.Sultan Hadiwijaya pula yang berhasil mengantarkan Pajang ke puncak kejayaan. Pajang merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa yang letaknya berada di pedalaman. Dimana kerajaan kerajaan inilah yang mempunyai pengaruh besar dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia khususnya Jawa.

Kesultanan Cirebon

Kerajaan Cirebon merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam ternama yang berasal dari Jawa Barat. Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 dan 16 Masehi. Kesultanan Cirebon juga merupakan pangkalan penting yang menghubungkan jalur perdagangan antar pulau. Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda. Sehingga Kesultanan Cirebon memiliki suatu kebudayaan yang khas tersendiri, yaitu Kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh Kebudayaan Jawa maupun Kebudayaan Sunda. Peninggalan sejarahnya berupa lukisan bahwa nenek moyang kita sang pelaut, lentera minyak, keris, miniatur kereta kencana, kepala kapal kerajaan dan patung gambaran nenek moyang.

Jatayu

Jatayu merupakan burung mitologi campuran antara burung garuda dan naga. Jatayu adalah tokoh protagonis dari wiracarita Ramayana, putra Aruna dan keponakan Garuda. Ia merupakan saudara Sempati. Ia adalah seekor burung yang melihat bagaimana Dewi Sita diculik oleh Rawana. Ia berusaha melawan tetapi kalah bertarung dan akhirnya mati. Tetapi ketika belum mati dan masih sekarat masih bisa melaporkan kepada Sri Rama bahwa Dewi Sita istrinya, diculik. Tempat di mana Sri Rama menemukan Jatayu yang sedang sekarat dinamakan “Jatayumangalam”, sekarang dikenal sebagai “Chadayamangalam”, terletak di Distrik Kollam, Kerala. Batu besar di tempat tersebut dinamai “JatayuPara”, diambil dari nama Jatayu. Tempat itu dimanfaatkan sebagai objek wisata.

Kesultanan Banten

Sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di wilayah Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522 m. Setelah Kerajaan Banten, dibentuknya Kerajaan Mataram Islam. Berawal dari Ki Ageng Pemanahan merupakan keturunan dari kesultanan Pajang yang kemudian diutus keluarganya untuk Babat Alas / Membersihkan Hutan Mentaok yang ada di sekitar DIY dan Jawa Tengah.Sebagai hadiah atas tingkah laku baiknya. Raja berdaulat pertama adalah Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Meninggalkan beberapa jejak sejarah yang bisa diamati hingga kini, seperti kampung Mataraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batasan administrasi wilayah yang sedang berlanjut hingga sekarang.Kerajaan inilah yang menjadi cikal bakal Kesultanan / Keraton Yogyakarta. Peninggalan sejarahnya berupa keramik, peralatan dari tanah liat, perkakas dari copper/brass, peti untuk menyimpan kitab, terompet dari kerajaan turki dan lain sebagainya.

Patung Loro Blonyo

Patung Loro Blonyo digunakan untuk menyambut tamu, biasanya diletakkan di halaman rumah bagian depan.

Baju Rarah

Baju Rajah ini dulu digunakan ketika pasukan Mataram Islam akan berperang maupun akan silat/bela diri.

Lorong 4

Menceritakan tentang keberhasilan Sultan Agung sewaktu menjayakan Kerajaan Mataram Islam. Pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah makin berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima pertolongan VOC pada masa-masa penghabisan menjelang keruntuhannya. Di lorong ini juga terdapat peninggalan pasca Sultan Agung berkuasa, benda peninggalannya berupa Manuskrip-Manuskrip Jawa, Baju Rajah, Kursi Sunat, Mail box, miniatur gamelan, lentera minyak, alat musik gamelan, bakiak, topeng, congklak.

Batik Stempel

Berfungsi sebagai alat untuk membuat batik cap, batik cap yang biasa disebut batik stempel adalah batik yang dibuat dengan menggunakan cap, alat cetak, atau stempel yang terbuat dari tembaga atau kayu dan pada tembaga tersebut terdapat pola batik yang diinginkan. Alat ini ditemukan di Yogyakarta pada abad ke 18.

Perang Jawa

Perang Jawa karena terjadi di tanah Jawa. Perang ini merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa kependudukannya di Nusantara.
Perang tersebut terjadi karena Pangeran tidak menyetujui campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan. Selain itu, sejak tahun 1821 para petani lokal menderita akibat penyalahgunaan penyewaan tanah oleh warga Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman.Van der Capellen mengeluarkan dekrit pada tanggal 6 Mei 1823 yang menyatakan bahwa semua tanah yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31 Januari 1824.

Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan kompensasi kepada penyewa lahan Eropa. Pangeran Diponegoro membulatkan tekad untuk melakukan perlawanan dengan membatalkan pajak Puwasa agar para petani di Tegalrejo dapat membeli senjata dan makanan. Kekecewaan Pangeran Diponegoro juga semakin memuncak ketika Patih Danureja atas perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati makam leluhurnya. Beliau kemudian bertekad melawan Belanda dan menyatakan sikap perang. Perang terjadi di tahun 1825-1830.

Gender Instrument Music Gamelan

Gender adalah alat musik pukul logam (metalofon) yang menjadi bagian dari perangkat gamelan Jawa dan Bali. Alat ini memiliki 10 sampai 14 bilah logam (kuningan) bernada yang digantungkan pada berkas, di atas resonator dari bambu atau seng, dan diketuk dengan pemukul berbetuk bundaran berbilah dari kayu (Bali) atau kayu berlapis kain (Jawa). Nadanya berbeda-beda, tergantung tangga nada yang dipakai. Pada gamelan Jawa yang lengkap terdapat tiga Gender: Slendro, Pelog pathet nem dan Lima, dan Pelog pathet barang. Bentuk Gender menyerupai gangsa pada gamelan Bali dan slenthem pada gamelan Jawa. Gender yang ada di foto merupakan peninggalan Masa Mataram Islam pada Abad ke 16.

Tradisi di Daerah Istimewa Yogyakarta

Sekaten

Sekaten merupakan salah satu upacara tradisional yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.Untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Upacara ini diselenggarakan secara periodik satu tahun sekali yaitu setiap tiap tanggal 5 sampai 11 Rabi’ul Awal (atau dalam kalender Jawa disebut bulan Mulud). Upacara sekaten tersebut ditutup pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dengan menyelenggarakan Upacara Garebeg Mulud. Pada hakekatnya adalah suatu tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Pada mulanya, upacara tersebut diselenggarakan tiap tahun oleh raja-raja di Tanah Hindu, berwujud selamatan atau sesaji untuk arwah para leluhur. Namun dalam perkembangannya, Upacara Sekaten sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam melalui kegiatan kesenian gamelan. Penyebarluasan agama Islam menggunakan media berupa kesenian gamelan karena masyarakat saat itu menggemari kesenian Jawa dengan gamelannya. Sehingga, untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW tidak lagi dengan kesenian rebana, melainkan dengan kesenian gamelan.

Selikuran

Sebagai Metode Dakwah Islam yang telah disesuaikan dengan budaya Jawa. Tradisi Malam Selikuran diharapkan menjadi sarana pengingat untuk memperbanyak sedekah, instropeksi diri, dan juga menggiatkan ibadah-ibadah lain dalam sepuluh hari di Bulan Ramadan.

Grebeg

Lorong 5

Berisi tentang warisan budaya yang ada di Pulau Jawa seperti Kerajinan Keris, Kerajinan Batik, Kerajinan Topeng dan Kerajinan Wayang. Benda peninggalannya berupa miniatur pejabat, jepaplok, pathok pembatas tanah, kenthongan, jam matahari, keris beserta khasiatnya, wayang kulit, wayang kayu, wayang golek, wayang seng, kerajinan topeng, kerajinan batik peninggalan keluarga ibu Tien Soeharto.

Jepaplok

plokan memiliki arti membuka dan menutup mulut. Tarian ini memiliki keunikan yang berbeda dengan tarian lain, yaitu gerakan bersifat lebih bebas dan cenderung cepat dengan aura tarian magis dan sakral. Biasa digunakan untuk kesenian Reog/Jathilan. Terbuat dari kayu, ditemukan pasca Mataram Islam berkuasa.

Kenthongan

Kenthongan adalah kesenian yang dalam pertunjukanya menggunakan alat musik yang terbuat dari bambu, atau disebut dengan kenthong yang biasa dipakai atau digunakan orang-orang pada saat mereka ronda siskamling. Namun, kenthongan yang ini digunakan untuk memanggil waktu sholat, ditemukan pasca Kerajaan Mataram Islam dan terbuat dari kayu.

Keris

Merupakan senjata trasidional masyarakat jawa, Memiliki ujung yang lancip dan tajam, bentuk keris sangat khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam di daerah lainnya. Keris berbentuk tidak simetris karena seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan memiliki serat lapisan logam cerah pada helai bilah.
Keris yang terkenal adalah yang memiliki gelombang dan berkelok atau bergerigi. Umumnya, sebuah keris memiliki tiga bagian yaitu bilah (pisau), hulu (gagang), dan warangka (sarung). Diukir dengan teliti, bagian-bagian keris ini memiliki arti seni tersendiri.

Kraton Pavilion

Wayang merupakan pertunjukan wayang kulit klasik Jawa yang diketahui berkembang sejak sebelum abad ke-10. Wayang terkenal dengan pertunjukannya yang rumit dan diatur dan bentuk cerita kuno ini berasal dari Pulau Jawa di Indonesia. Istilah pewayangan, berasal dari kata Indonesia untuk “bayangan”. Wayang kulit dengan menggunakan figur yang terbuat dari kulit kerbau, dianggap sebagai bentuk wayang tertua yang berdiri sendiri, referensi paling awal untuk wayang jenis itu berasal dari tahun 800-an.

Wayang Kulit adalah pertunjukkan yang menarik perhatian penonton dengan alur cerita memukau yang dieksekusi dengan mahir oleh dalang. Wayang terbuat dari kulit kerbau dan dirancang dengan rumit, hingga ke detail kostum dan warna yang paling kecil, untuk membantu penonton membedakan antara karakter yang berbeda. Dalam pertunjukannya, dalang akan menceritakan kisah raja, putri, raksasa, dan ksatria, menggunakan gerakan tangan cekatan dan narasi. Sementara itu, dalam pertunjukan tradisional menggunakan seprai katun dan lampu minyak untuk menciptakan permainan cahaya, bola lampu listrik atau sumber cahaya lain digunakan saat ini. Dalam pertunjukannya, dalang akan menceritakan kisah raja, putri, raksasa, dan ksatria, menggunakan gerakan tangan cekatan dan narasi.

Terdapat juga benda-benda peninggalan dari Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, Kadipaten Pakualaman, Kasultanan Yogyakarta, meliputi panahan, tameng, topi, sisir, gelas dan piring, buku, kamera jadul, tudung saji, payung kerajaan dan lain sebagainya.

Bapak ibu penjelajahan di ruang/zona koleksi sudah selesai, mari kita menuju ke zona selanjutnya yaitu zona 3D, di sana kita dapat menyaksikan film 3 Dimensi.

ZONA 3D

Bapak/Ibu selamat datang di zona 3D, mohon kacamata untuk dipakai, namun setelah selesai mohon untuk dikembalikan. Jadi di zona ini kami akan menayangkan film mengenai kasih sayang orang tua terhadap anaknya yang anak dikemas dalam film binantang purba yaitu dinosaurus. Film berdurasi sekitar 7 menit.

Mohon maaf bapak/ibu, film nya sudah selesai, dan mohon kacamata dikembalikan, lalu silahkan memasuki ruangan/zona selanjutnya yaitu zona Diorama.

ZONA DIORAMA

Di dioramalah tempat untuk berfoto sangat banyak dan bisa nampak 3 dimensi, sangat menarik bukan? Spot fotonya meliputi : Gunungan/kirab, pasar tradisional zaman dahulu, ketika sultan agung melawan VOC di Batavia, Pelabuhan Karangantu, Perburuan Harimau di Jawa, dan Pernikahan putri Kraton.

Gunungan

Gunungan merupakan sebutan untuk kumpulan makanan atau bahan makanan yang disusun sedemikian rupa hingga menyerupai gunung, dan pada saatnya akan dibawa keluar untuk diperebutkan masyarakat.

Pasar Tradisional zaman dahulu

Pasar, pada masa lalu adalah pusat perputaran ekonomi dari masyarakat dimana Transaksi saat itu dilakukan tanpa melalui prosedur yang berbelit. Pasar saat itu juga merupakan pusat dari keramaian. Di Jawa Tengah, pasar sendiri dibagi keberadaannya berdasarkan hari di setiap wilayah, sehingga perputaran perekonomian suatu wilayah lebih merata.

Perlawanan Sultan Agung kepada VOC

Sultan Agung saat bertahta sebagai Raja Mataram Islam terus memperluas wilayahnya hingga sebagian besar wilayah Jawa, Sultan Agung juga melakukan penyerangan terhadap Batavia yang kala itu dikuasai oleh kolonialis VOC dipimpin Jan Pieterzen Coen.Saat itu pasukan Sultan Agung juga diperkuat dengan pasukan kavaleri Gajah yang cukup menakutkan bagi lawan-lawannya.

Pelabuhan Karangantu

Merupakan pelabuhan terbesar kedua setelah Pelabuhan Sunda Kelapa di Jayakarta. Pada abad 16, pelabuhan ini menjadi tempat persinggahan para pedagang sebelum melanjutkan perjalanan ke benua Australia. Bahkan, Belanda saat pertama kali masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1596 memakai jasa pelabuhan ini untuk berlabuh.

Perburuan Harimau di Jawa

Dulunya hanya menjadi tradisi bagi kalangan aristrokat, namun saat masa kolonial, harimau diburu hidup hidup untuk kemudian diadu dengan kerbau atau dirampog (dikeroyok orang banyak) sebagai salah satu simbol kekuatan manusia Jawa terhadap orang luar (kolonialis).

Di Keraton Yogyakarta

Kirab resmi keraton dilakukan tidak terlalu sering, biasanya dilakukan saat usai penobatan Sultan atau saat pernikahan kerajaan. Kirab Pernikahan Kesultanan yang terakhir dilaksanakan pada saat pernikahan putri Sultan Hamengkubuwono X, GKR Hayu dengan KPH Notonegoro pada 23 Oktober 2013.

Terimakasih sudah berkunjung di Museum History Of Java, semoga berkenan untuk datang kembali, hati hati di jalan semoga selamat sampai tujuan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh