History of Java (Indonesian Ver.)

Seperti yang ditulis oleh Thomas Stamford Raffles dalam bukunya yang berjudul The History of Java. Tidak diragukan lagi, buku The History of Java telah menjadi salah satu sumber sejarah paling penting untuk mengetahui kehidupan masyarakat Jawa di masa lampau. Tapi, tahukah kamu?? Di Museum History of Java, segalanya lengkap, dan kamu bisa belajar untuk mengetahuinya di sana.

Jika di negara lain, penyebaran agama sering dilakukan dengan cara peperangan, ternyata hal ini tidak terjadi di nusantara, perdamaian antaragama selalu mendapatkan ruang di negara indah ini.

Seperti halnya Hindu dan Buddha, hampir dapat dipastikan bahwa penerimaan masyarakat terhadap agama-agama tersebut di nusantara selalu dilakukan dengan cara damai, bahkan sinkretisme antara kedua agama tersebut pada masa Majapahit dengan ajaran Shiva-Buddha yang tercermin dalam Sutasoma dengan moto terkenalnya Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Darma Mangrwa.

Begitu pula Islam, yang masuk ke nusantara sejak masa awal hijrahnya Nabi yang dibawa oleh para pedagang dari Medina ke kota tua yang sangat terkenal di dunia, Barus. Kemudian menyebar ke Samudra Pasai. Sementara di Jawa, umat Muslim Tionghoa dan Persia juga menyebarkan agama tanpa rasa takut akan penolakan, bahkan di antara para penyebar agama Islam diberikan tanah sebagai pusat pengajaran.
Terutama di Jawa, peran Walisongo dalam menyebarkan agama Islam dilakukan dengan damai. Sebagian besar walis memilih menggunakan jalur budaya untuk menyebarkan agama mereka, misalnya Sunan Bonang. Ia menciptakan lagu syiar, Sunan Kalijaga, bertindak sebagai dalang untuk meraih simpati dan menyebarkan Islam.
Kita dapat menemukan cerita toleransi ini di Museum History of Java, sebuah museum yang terletak di Jl. Parangtritis KM 5.5 Sewon Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain mengajarkan Toleransi, tanpa meninggalkan misi utama pendidikan sejarah dan literasi, Museum History of Java juga berniat menjadikan museum ini sebagai sarana pendidikan yang menarik dan terkini. Di awal, pengunjung diajak untuk melihat sekilas audio-visual tentang bagaimana pulau Jawa terbentuk dan bagaimana kehidupan masyarakat Jawa. Kemudian pengunjung dapat melihat koleksi museum dengan artefak sejarah.

Menariknya, para pengunjung akan ditemani oleh seorang pemandu cerita museum yang akan menjelaskan dengan menarik tentang isi dan sejarah museum. Tidak hanya itu, Museum History of Java, seperti juga museum lainnya dari D’topeng Group, dilengkapi dengan Augmented Reality yang dapat digunakan pengunjung untuk swafoto.

Di dalam zona koleksi itu sendiri, terdapat Paviliun Keraton Kerajaan yang akan menampilkan koleksi-koleksi serta Papan Edukasi Dwibahasa mengenai Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Kesultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pura Pakualaman.

Objek koleksi Sejarah Jawa meliputi:
Sejarah Jawa memiliki ribuan koleksi tentang sejarah Jawa.

“Simbol Majapahit sebagai sebuah negara. Berbentuk matahari dengan sinar-sinarnya mengarah ke berbagai penjuru.”

“Posisi Buddha Amoghasida diposisikan dalam Vitarka-Mudra, yaitu gerakan tangan simbolis dan ritualis yang digunakan dalam yoga, Buddhisme, dan Hinduisme, yang menunjukkan posisi Buddha untuk berdiskusi.”

Setelah zona koleksi, pengunjung akan memasuki zona diorama yang bernama Kampung Selfie Mataraman, di mana pengunjung dapat secara interaktif mengalami hal-hal menarik di masa lalu di pulau Jawa, serta berfoto di papan interaktif 3D.
Jadi, tidak salah jika museum ini menjadi salah satu objek yang tidak boleh dilewatkan untuk dikunjungi bersama anak-anak, kerabat, dan teman-teman kita saat berkunjung ke Yogyakarta.

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *