Kerajaan Mataram Islam sedang memanas, terdapat perbedaan pendapat tentang siapa yang akan menduduki takhta setelah Hanyakrawati meninggal. Suasana yang memanas tersebut bahkan menyebabkan perpecahan kerajaan.
Kemudian Pahlawan turun, Pangeran Purbaya, Putra Panembahan Senapati, mengangkat Raden Mas Rangsang ke takhta kerajaan, mencabut Tombak Pusaka, dan menantang siapa saja yang menentang keputusan Rangsang yang menggugah tersebut.
Tidak ada yang berani menolak keputusan ini, dan Rangsang pun menjadi Raja, yang kemudian dikenal dengan nama Sultan Agung, di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Mataram mencapai masa kejayaannya.
Bernama Jaka Umbaran, sosok Pangeran Purbaya memang merupakan tokoh yang dihormati pada masa itu, godaan ujian berat selama masa mudanya menjadikan Pangeran Purbaya sosok yang paling kuat di antara kaum bangsawan Mataram.
Menolak untuk menjadi Raja, ia memilih untuk menjadi banteng penjaga Mataram. Hal ini terbukti dengan terus menjaga kerajaan hingga masa tuanya. Bahkan ketika putra dari sultan besar naik takhta, ia ikut mendampingi adipati anom untuk menyerang markas pemberontak Trunajaya di desa Gogodog, di mana ia akhirnya meninggal diserang oleh prajurit Makassar.
Kita dapat menemukan cerita tentang Pangeran Purbaya di Museum History of Java, yang terletak di Jl Parangtritis KM 5.5 Sewon Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tanpa meninggalkan misi utama pendidikan sejarah dan literasi, Museum History of Java juga berniat menjadikan museum ini sebagai sarana pendidikan yang menarik dan terkini.
Di awal, pengunjung diajak untuk melihat sekilas audio-visual tentang bagaimana pulau Jawa terbentuk dan bagaimana kehidupan masyarakat Jawa. Kemudian pengunjung dapat melihat koleksi museum dengan artefak sejarah.
Menariknya, pengunjung akan ditemani oleh pemandu cerita museum yang akan menjelaskan dengan menarik tentang isi dan sejarah museum. Tidak hanya itu, Museum History of Java, seperti juga museum lainnya dari D’topeng Group, juga dilengkapi dengan Augmented Reality yang dapat digunakan pengunjung untuk swafoto.
Di dalam zona koleksi itu sendiri, terdapat Paviliun Keraton Kerajaan, yang akan menampilkan koleksi dan Papan Edukasi Dwibahasa mengenai Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Kesultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pura Pakualaman.
Setelah zona koleksi, pengunjung akan memasuki zona diorama dengan nama Kampung Selfie Mataraman, di mana pengunjung dapat secara interaktif mengalami hal-hal menarik di masa lalu di pulau Jawa, serta berfoto di papan interaktif 3D.
Jadi, tidak salah jika museum ini menjadi salah satu objek yang tidak boleh dilewatkan jika kita mengunjungi Yogyakarta.